Rumah Menurut al-Qur’an
Rumah
Menurut al-Qur’an adalah fitrah setiap makhluk untuk membangun tempat tinggal
yang dijadikan sebagai tempat beristirahat dan melindungi diri, walaupun dalam
bentuk dan ukuran yang berbeda-beda sesuai kemampuan dan kebutuhan setiap
makhluk itu sendiri. Jika pada binatang tempat tinggal itu disebut sarang, maka
manusia menyebutnya dengan istilah rumah. Al-Qur’an memperkenalkan dua istilah
untuk menyebut tempat tinggal atau rumah. Pertama, disebut dengan
bait seperti yang terdapat dalam surat an-Nahl [16]: 68
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ
الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ
Artinya
: “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di
bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.”
Bait
secara harfiyah berarti tempat bermalam. Rumah disebut bait karena memang
berfungsi bagi pemiliknya untuk tempat bermalam dan beristirahat dari
kesibukan. Hal ini juga sama seperti yang dilakukan binatang, seumpama
burung yang kembali ke sarangnya di sore hari untuk bermalam dan beristirahat.
Di samping itu, rumah dalam bentuk bait juga berfungsi melindungi
pemiliknya dari berbagai gangguan luar, seperti panas, dingin, dan serangan
makhluk lain. Seperti yang terdapat dalam surat al-Baqarah [2]: 125
وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا...
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah
itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman……”
Kedua Sebutan lain yang diperkenalkan
Allah swt untuk menyebut rumah adalah maskan. Seperti yang terdapat
dalam surat an-Naml [27]: 18
حَتَّى إِذَا أَتَوْا عَلَى وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ
يَاأَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ
وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
Artinya : “Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.”
Artinya : “Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.”
Dalam
surat at-Taubah [9]: 72 Allah swt juga berfirman
وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي
جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ
الْعَظِيمُ
Artinya : “Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
mu'min lelaki dan perempuan, (akan mendapat) syurga yang di bawahnya mengalir
sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang
bagus di syurga `Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah
keberuntungan yang besar.”
Kata maskan berasal dari kata sakana yang berarti tenang,
tentram, dan bahagia. Oleh karena itu, rumah dalam pandangan al-Qur’an bukan
hanya berfungsi sebagai tempat bermalam, tempat beristirhat atau tempat
berlindung. Tetapi lebih jauh, rumah berfungsi sebagai tempat mencari
ketenangan dan kebahagian batin. Di dalam rumah (maskan) inilah manusia
membangun keluarga sakinah, yaitu tatanan keluarga yang membawa kebahagian dan
ketenangan hati.
Jika rumah hanya dijadikan bait, maka tidak jarang rumah dirasakan seperti di neraka. Itulah yang digambarkan Tuhan dalam surat al-Ankabut [29]: 41
Jika rumah hanya dijadikan bait, maka tidak jarang rumah dirasakan seperti di neraka. Itulah yang digambarkan Tuhan dalam surat al-Ankabut [29]: 41
وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ
كَانُوا يَعْلَمُون
Artinya:
“…Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah (rapuh) adalah rumah laba-laba kalau
mereka mengetahui.”
Rumah
laba-laba bukan hanya rapuh secara struktur, karena tidak mampu melindungi
penghuninya dari segala macam gangguan luar seperti panas, dingin dan
sebagainya. Namun, rumah laba-laba juga rapuh dari sisi penghuninya. Hasil
penelitian membuktikan, bahwa laba-laba betina setelah melakukan perkawinan
langsung membunuh laba-laba jantan. Begitu juga anak laba-laba, berjumlah
sangat banyak namun diletakan dalam wadah yang kecil dan sempit, sehingga
seluruh anaknya terlibat saling injak dan saling tindas, yang menyebabkan lebih
separuh anaknya mati karena pertarungan sesamanya. Begitulah perumpamaan rumah
yang rapuh, jauh dari kebahagian dan ketenangan.
Oleh
karena itu, jadikanlah rumah kita sebagai maskan, tempat menemukan ketenangan
dan kebahagian hidup. Janganlah jadikan rumah sekedar tempat singgah, tempat
bermalam atau tempat berlindung saja (bait), seperti yang dilakukan oleh
binatang. Rumah bagus tentu sangat perlu sebagai sarana memperoleh kebahagiaan
hidup, akan tetapi bagus jika tidak membawa ketenangan dan kebahagiaan juga
tidak baik. Biarlah tinggal di rumah yang sederhana, namun bisa memperoleh
ketenangan dan kebahagiaan padanya. Sehingga, rumah betul-betul menjadi maskan.
Salah satu cara menjadikan rumah sebagai tempat memperoleh ketenangan, atau
menjadikan rumah sebagai tempat yang menyenangkan, adalah seperti yang diajarkan
Rasulullah saw dalam sebuah haditsnya
اكثروا من تلاوة القرآن في بيوتكم فإن البيت الذى لا يقرأ فيه
القرآن يقل خيره ويكثر شره ويضيق على اهله
Artinya: “Perbanyaklah membaca al-Qur’an di rumah kamu,
sebab rumah yang tidak pernah dibaca al-Qur’an padanya sangat sedikit kebaikan
rumah itu, sangat banyak kejahatannya, dan membuat penghuninya merasa sempit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar